Kurangi Sampah Penghasil Gas Metana Di TPA Randegan, Pemkot Mojokerto Libatkan Warga Dalam Budidaya Maggot

  • Whatsapp

Kota Mojokerto – Dalam upaya untuk mengurangi sampah organik dari sampah sisa-sisa makanan di TPA atau Tempat Pembuangan Akhir Randegan, maka Pemkot Mojokerto yang diwakili Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto telah menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya larva lalat Black Soldier Fly (BSF) atau maggot yang disampaikan langsung oleh Plt. DLH yaitu Amin Wachid, pada Senin (16/10/2023).

“Sebisa mungkin kita harus meminimalisir jumlah sampah residu yang diangkut ke TPA. Untuk sampah anorganik, kita arahkan ke bank sampah. Sedangkan untuk sampah organik, masyarakat bisa ikut terlibat dengan budidaya maggot,” ungkap Amin .

Kegiatan tersebut telah melibatkan sekitar 174 warga Kota Mojokerto yang dibagi menjadi 3 kelompok dan telah terlaksana pada tanggal 12, 13, dan 16 Oktober 2023 di Kantor Kelurahan Prajurit Kulon. Nantinya akan ada praktisi pembudidaya maggot dari Universitas Brawijaya yang hadir sebagai Narasumber dalam kegiatan itu.

“Berikutnya warga di tiap RW akan didorong untuk budidaya maggot. Dengan demikian, diharapkan sampah organik sisa makanan habis dari rumah karena digunakan utk pakan maggot,” pungkas Amin.

Amin selaku Plt. DLH juga menuturkan bahwa dalam setiap 1 kg magot yang akan dibudidayakan itu, diketahui akan dapat menghabiskan 2-5 kg sampah organik sisa makanan per hari. Setelah itu maggot dapat dipanen untuk dijadikan pakan beberapa ternak seperti unggas maupun untuk ikan karena kandungan proteinnya yang tinggi.

“Dari segi ekonomi, ini juga menguntungkan. Maggot bisa dijual untuk pakan ternak, ikan, dan burung sehingga bisa menambah pendapatan masyarakat yang membudidayakannya. Ini adalah bagian ekonomi sirkular yang bisa diperoleh dari pengelolaan sampah secara bijak,” tutur Amin.

Sebagai tambahan informasi kalau sampah organik yang dibuang dalam wadah tertutup agar tidak bau dan tercecer, nantinya itu akan menghasilkan gas metana karena pembusukan anaerobik (tanpa oksigen) yang terjadi akibat tidak bisa masuknya oksigen karena tertutupnya wadah sampah tersebut.

Gas Metana sendiri diketahui juga telah di identifikasi ke dalam salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang mendorong pemanasan global dan sangat rentan menghasilkan sumber api di cuaca panas. Karena inilah akhirnya membuat gas metana yang dihasilkan dari sampah yang tertimbun di TPA sangat berbahaya bagi lingkungan. ( Lauryan – Visit Kota )

Sumber : Dinas Kominfo Kota Mojokerto

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *